GURUKU IDOLAKU
aku mengidolakan sosok seorang guru. Karena, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Beliau berangkat pagi
pulang sore untuk mendidik para murid-murid dan itu dilakukan dengan ikhlas dan
tulus. semua anak-anak negeri membutuhkan jasa seorang guru. guru adalah
sosok cahaya yang menerangi kegelapan dinegeri ini. karena jika tiada guru,
pasti semua profesi tidak ada. Guru bukan hanya di sekolah saja termasuk guru mengaji.
Termasuk pak Kyai atau Pak Ustad. Beliau-beliau ini juga berarti dalam
pendidikan ilmu agama islam.
Meskipun
banyak anak-anak yang nakal tetapi Bapak/Ibu guru tetap mengajari mereka dengan
tulus hati.inilah cerpen tentang guru pesantren.
“Den jangan bergurau ! Nanti
dimarahi uztad Jalal !” kata temannya
“Halah ! Biarin aja” jawabnya
Tiba-tiba uztad Jalal mendatangi
Denis dan kawan-kawannya. Ia menghukum Denis dengan lari sepuluh lapangan di
waktu istirahat. Terpaksa saat istirahat Denis tidak makan siang karena harus
menjalani hukuman. Denis mengelilingi lapangan sepuluh kali karena kesalahannya
bergurau saat mengikuti pelajaran.
Di pondok Ponpes Nurul Ilmu , Denis
mengenyam pendidikan. Denis itu murid dari kalangan yang kurang mampu. Ia
sebenarnya pintar tetapi ia sangat nakal. Setiap hari ada saja kenakalan yang
ia lakukan.
“Hahaha. Enak ya dihukum !” tawa santri perempuan
“Huh” batin Denis
Denis sering sekali mendapat hukuman dari mulai hukuman yang
ringan seperti kakinya yang kerap dipukul dengan sapu sampai hukuman yang berat
harus lari mengitari lapangan sebanyak 50x. Para santri lain sebenarnya
kasihan melihat tubuh Denis yang penuh luka dan kurus kering tapi apalah daya
Denis saja tak mau berubah. Ia juga yang membuat dirinya seperti itu.
Setelah melakukan hukuman yang
diberikan, Denis kembali ke kelas. Keringat bercucuran. Ia menahan rasa lapar.
Cacing-cacing di perutnya telah berdemo meminta makanan. Ia sangat tidak konsen
belajar karena lapar. Apa yang dikatakan Uztad Furqan sama sekali ia tak mengerti.
Yang ada dipikirannya hanyalah makan, makan, dan makan.
Adzan Magrib telah berkumandang.
Waktunya sholat magrib. Sehabis sholat yang ada dipikiran Denis hanyalah
makanan.
“Yeee waktunya makan” kata Denis kepada temannya
Denis mengantri dengan penuh kesabaran.
Maklumlah, di sana banyak sekali santri yang berebut makanan. Kalau telat
mengantri bisa-bisa Denis hanya akan mendapatkan kuahnya saja.
Akhirnya Denis mendapatkan makanan
juga. Ia duduk di sebelah Andi, temannya yang berasal dari luar Jawa. Mereka
mengobrol tentang banyak hal. Setelah
makan, para
santri menuju asrama masing-masing mereka ingin tidur setelah seharian banyak
melakukan aktifitas.Tak terkecuali dengan Denis, Ia telah terlelap dalam
tidurnya. Walaupun pasukan nyamuk mengerubunginya. Dingin menerpa lewat dinding
asramanya yang terbuat dari bamboo. Ia juga harus berdesak-desakan di asrama
itu dengan teman-temannya.Mereka tertidur dengan lelap.
Adzan berkumandang, para santri
telah siap untuk melakukan sholat subuh, kalau tidak sholat subuh sudah pasti
santri yang tidak melakukan sholat subuh akan dihukum. Di sana ditegakkan
kedislipinan yang tinggi.
Setelah sholat subuh, para santri
diwajibkan untuk bersih-bersih bersama. Para santri perempuan menyapu halaman
dan membersihkan asrama. Tak terkecuali dengan para santri pria. Tetapi Denis
malah bermain gitar dan menggoda santri perempuan yang lewat.
Hari itu Denis sedang tidak ada jadwal
pelajaran dikelas.
Saatnya melakukan kenakalan-kenakalan yang menyenangkan. Dari tadi Denis hanya
bermain gitar dan menggoda para santri perempuan yang lewat untuk mengisi
kegiatan.Sementara teman-temannya belajar di dalam asrama. Sebenarnya ia
ingin keluar Ponpes dan jalan-jalan tapi ia mengurungkan niatnya.
Denis melakukan semua
kenakalan-kenakalan tersebut hanya untuk dikeluarkan dari Ponpes. Ia merasa
kehidupan di Ponpes terlalu dikekang. Semua harus benar dan tak boleh salah.
Jika salah sedikit pasti akan dihukum. Kedislipinan dijalankan dengan ketat.
Setelah seharian bermain gitar ia
jalan-jalan di kompleks Ponpes. Di sana ada pohon besar yang ada di belakang
bangunan Ponpes. Denis tertarik untuk rebahan di sana. Lambat laun ia tertidur
di bawah rindangnya pohon itu.
“Den kenapa kamu ingin dikeluarkan
dari Ponpes ini ?” tanyanya.
“Kehidupanku terlalu dikekang di
Ponpes ini. Aku tak kuat untuk itu. Setiap hari aku dihukum oleh uztad-uztad di
sini” jawab Denis.
“Kamu dihukum karena kesalahanmu
sendiri Den” elaknya.
“Iya” jawabnya.
“Sadarlah Den kamu seharusnya senang
bisa mengenyam pendidikan di Ponpes ini !” nasihatnya.
Denis hanya terdiam mendengar
kata-kata itu.
“Den kamu tahu ? Orang tuamu di sana
menyekolahkan kamu dengan uang. Apa kamu tahu mereka banting tulang mencari uang
untuk biaya sekolahmu ?! Mereka miskin Den. Tapi semangat mereka tidak miskin.
Mereka optimis, selalu ada jalan untuk menyekolahkan kamu.”
Denis menangis menyesali
perbuatannya yang ingin dikeluarkan dari Ponpes ini. Seharusnya ia bisa
membanggakan kedua orang tuanya yang bekerja keras membanting tulang untuk
menyekolahkannya.
Bayangan wajah orang tuanya muncul
mereka menasihati
Denis supaya tekun belajar. Mereka mau Denis kelak bisa sukses. Ingin sekali
Denis memeluk kedua orang tuanya tapi hampa. Setelah itu ia mengucapkan terima
kasih kepada Allah SWT karena telah membukakan hatinya.
“Deniiiiiis banguuuuuuuuuuun !” kata
uztad Jaenal dengan mengguyurkan air seember penuh ke tubuh Denis
“Baaaanjiiiir..baaaaaanjiiiiiir….”
kata Denis kaget
Semua santri yang ada di situ
tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Denis yang terkaget.
Denis menunduk sangat malu ketika
melihat di sekelilingnya. Ternyata tidak banjir. Dia mencari-cari orang
yang telah menyadarkannya akan kesalahan yang ia perbuat tapi tak ada. Ia hanya
melihat bayangan orang itu pergi menghilang begitu saja.
“Dari tadi tiduuuuur saja ! Sudah
Magrib sholatlah ! Dari tadi kami mencarimu ternyata kamu malah enak-enakkan
tidur disini !” kata uztad Jaenal dengan mata melotot melihat kelakuan anak didiknya yang
nakalnya tidak ketulungan.
Denis bergegas sholat Magrib. Setelah
sholat ia kembali ke asrama. Suasana di dalam asrama sangat ramai. Maklumlah sambil menunggu makan
malam mereka berkumpul untuk mengobrol entah apa yang dibicarakan. Denis hanya
terdiam di pojok asrama. Ia melamunkan apa yang ia alami tadi.Denis merasa telah
didatangi seseorang yang membukakan otaknya dari semua kenakalan-kenakalan yang
ia lakukan. Ia sadar, seharusnya ia bangga walaupun ia dari golongan yang
kurang mampu, ia masih bisa mengenyam pendidikan.
“Teeeeeeeeeet…” bel makan malam
telah berbunyi. Para santri telah mengantri sedemikian panjangnya menyamai rel
kereta api. Untunglah
Denis cepat-cepat mengantri dia akhirnya kebagian makanan. Dia makan dengan
lahapnya.
Setelah itu semua santri
membereskannya dan bergegas masuk ke asrama masing-masing. Tak terkecuali Denis
di asrama yang sesempit itu dan dihuni oleh delapan orang , Denis menggelar
tikar untuk alas tidurnya.
Ia tak bisa tidur, masih teringat
hal yang tadi. Serasa diberi pencerahan yang dapat membukakan hatinya. Disaat
teman-temannya tertidur, Denis menggambil buku untuk belajar. Ia bertekad
walaupun ia nakal ia harus bisa membuktikan bahwa ia bisa dan ia mampu sama
seperti santri lain yang pintar dan alim. Ia juga harus membanggakan kedua
orang tuanya, Ia ingin cepat-cepat lulus ingin keluar dari kemiskinan yang
dideritanya.
Sampai larut malam Denis membaca
buku ia melahap habis isi buku itu. Ia belajar dengan tekun. Jam dinding
menunjukkan pukul 23.45 Denis sudah terlelap ke dalam mimpinya.
Ia terbangun jam 03.00 ia langsung
mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat tahajud. Di Ponpes itu sebelumnya
sering sholat Tahajud tapi Denis selalu melewatkannya dengan alasan masih
mengantuk.
Setelah melakukan sholat tahajud,
Denis berolahraga mengelilingi Ponpes dan senam. Rasanya baru sekali ini ia
menghirup udara segar di pagi hari setelah sekian lama selalu bangun terlambat
dan dimarahi guru karena tidak melakukan kewajibannya seperti santri lainnya.
Pukul 07.00 semua santri telah masuk
kelas dan siap menerima pelajaran. Hari itu dilaksanakan seperti biasanya. Para
santri melakukan proses belajar mengajar dengan uztad atau uztadzah. Denis juga
belajar menuntut ilmu dengan kawan-kawannya. Ia masih tetap saja nakal tapi ia
bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan sopan terhadap guru-gurunya.
Denis pun selalu melakukan
sholat wajib secara tepat waktu. Sholat Dhuha dilaksanakannya. Sholat Tahajud dan sholat yang lainnya.
Di akhir sholat ia biasanya membaca doa. Dalam setiap doannya ia meminta
keselamatan dunia akhirat untuk kedua orang tuannya.
“Huaaaaaaaaaaaah”katanya sambil
menguap
“Tidur gih supaya gak kecapek’an’ jawab Denis
Temannya segera tidur. Maklum sudah
pukul 20.00 biasanya para santri sudah tidur tapi ada juga yang tadarus Al
Qur’an. Denis memulai kebiasaan barunya belajar ketika teman-temannya tidur.
Sebelum itu ia ketinggalan jauh dengan teman-temannya tapi ia
bersungguh-sungguh jadi ia mengebut materinya.Setelah belajar ia biasanya
tadarus Al Quran. Dalam semalam ia dapat membaca 3-5 juz.
Begitulah yang dilakukan Denis
sekarang walaupun masih nakal tapi ia bisa membuktikan bahwa ia mampu, ia bisa
menyamai teman-temannya bahkan lebih. Para uztad pun memujinya. Mereka menilai kemajuan yang diperlihatkan Denis
begitu cepat. Denis termasuk anak yang cerdas.
“Sebentar lagi ujian kelulusan ya”
kata Furqan teman Denis yang berasal dari Banyuwangi
“Ya” jawab Denis singkat
Para santri belajar dengan tekun.
Denis semakin tekun belajar karena materi-materi yang diujikan sangatlah sulit
hanya murid-murid yang pandai yang dapat lulus.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya
datang juga. Hati para santri dag dig dug saat menerima soal ujian. Wajah
mereka pucat keringat dingin bercucuran karena tidak bisa. Sehabis ujian
tertulis masih ada ujian praktek tentang kitab-kitab dan doa-doa.
Uztad Jaenal mengujikan tentang
hafalan Qur’an para santri, hasilnya banyak yang belum hafal tapi Alhamdulillah
Denis lancar
walau masih ada kesalahan. Sebenarnya Denis belum hafal ia mencoba
menghafalkannya dalam waktu 3 hari. Setelah ujian hafalan Qur’an para santri
masih harus mengujikan berbagai hal yang ia pelajari diPonpes ini.
Setelah hari ujian berakhir Denis
masuk asrama ia menggelar tikar dan bergegas tidur karena kecapaian. Ia tidur
dengan pulasnya.
Alarm berbunyi Denis terbangun. Hari
ini para santri boleh keluar untuk sekedar jalan-jalan melepas penat setelah
ujian kelulusan. Para santri senang mereka berbondong-bondong jalan-jalan
keluar Ponpes. Tetapi pihak Ponpes melarang mereka pergi jauh-jauh dan harus
pulang sebelum adzan magri berkumandang.
Adzan magrib berkumandang. Para
santri sudah kembali ke Ponpes.Mereka melakukan sholat berjamaah.
Besok adalah mengumuman
kelulusan. Hati para santri berdebar-debar mereka tak sabar ingin cepat-cepat
lulus dari Ponpes ini.
Para santri tidur dengan tidak
nyenyak mereka tak sabar ingin sekali mengetahui apa mereka lulus atau tidak.
Sebelum tidur Denis berdoa supaya besok ia mendapatkan hasil yang terbaik dari
semua kerja kerasnya selama ini.
Matahari telah menampakkan sinarnya.
Setelah sholat semua berkumpul di aula dan membersihkan aula karena akan
digunakan untukpengumuman kelulusan. Acara bersih-bersih aula sudah selesai
saatnya para santri mandi dan bersiap-siap menerima surat kelulusan.
Pukul 07.00 semua santri telah
berkumpul dengan orang tua mereka masing-masing. Orang tua diundang untuk hadir
karena mereka harus mendampingi anaknya menerima surat kelulusan yang harus
ditanda tangani oleh orang tua.
Acara berlangsung dengan tegang.
Mulai dari pembukaan, sambutan murid-murid sudah tidak sabar. Dan akhirnya acara
yang dinanti-nanti yaitu pembagian surat kelulusan. Kata Uztad Jaenal dari 90
santri yang ada hanya 60 orang yang lulus ujian kemarin. Hati Denis bagaikan
hancur berkeping-keping bagaimana tidak ia sadar bahwa ia nakal dan sikapnya
tidak begitu bagus saat ujian pun ia merasa masih banyak salah. Tapi ia mencoba
optimis kalau ia akan lulus.
Orang tua Denis membuka surat
kelulusan dan disana mereka menyatakan bahwa Denis “LULUS” ujian. Betapa
senangnya ia. Ia termasuk dari 60 anak yang lulus dengan hasil yang cukup
memuaskan. Ia menduduki peringkat 3. Orang tuanya pun bangga sekali kepada
anaknya padahal mereka tak tau dulu Denis begitu nakalnya tetapi sekarang ia
dapat lulus dengan nilai yang memuaskan. Anak-anak yang tidak lulus harus
mengulang lagi agar mereka lulus.
Share This :
comment 5 komentar
more_verti like
17 Desember 2013 pukul 20.55thank
18 Desember 2013 pukul 04.55santri memang harus disiplin sob :D
19 September 2017 pukul 21.05Iyalah biar selamat dunia akhirat😂
19 September 2017 pukul 21.09