iklan banner
MASIGNCLEAN101

cerpen guruku idolaku

iklan banner


GURUKU IDOLAKU

aku mengidolakan sosok seorang guru. Karena, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Beliau berangkat pagi pulang sore untuk mendidik para murid-murid dan itu dilakukan dengan ikhlas dan tulus. semua anak-anak negeri membutuhkan jasa seorang guru. guru adalah sosok cahaya yang menerangi kegelapan dinegeri ini. karena jika tiada guru, pasti semua profesi tidak ada. Guru bukan hanya di sekolah saja termasuk guru mengaji. Termasuk pak Kyai atau Pak Ustad. Beliau-beliau ini juga berarti dalam pendidikan ilmu agama islam.
Meskipun banyak anak-anak yang nakal tetapi Bapak/Ibu guru tetap mengajari mereka dengan tulus hati.inilah cerpen tentang guru pesantren.
         “Den jangan bergurau ! Nanti dimarahi uztad Jalal !” kata temannya
“Halah ! Biarin aja” jawabnya
Tiba-tiba uztad Jalal mendatangi Denis dan kawan-kawannya. Ia menghukum Denis dengan lari sepuluh lapangan di waktu istirahat. Terpaksa saat istirahat Denis tidak makan siang karena harus menjalani hukuman. Denis mengelilingi lapangan sepuluh kali karena kesalahannya bergurau saat mengikuti pelajaran.
Di pondok Ponpes Nurul Ilmu , Denis mengenyam pendidikan. Denis itu murid dari kalangan yang kurang mampu. Ia sebenarnya pintar tetapi ia sangat nakal. Setiap hari ada saja kenakalan yang ia lakukan.
“Hahaha. Enak ya dihukum !” tawa santri perempuan
“Huh” batin Denis
Denis sering sekali mendapat hukuman dari mulai hukuman yang ringan seperti kakinya yang kerap dipukul dengan sapu sampai hukuman yang berat harus lari mengitari lapangan sebanyak 50x.      Para santri lain sebenarnya kasihan melihat tubuh Denis yang penuh luka dan kurus kering tapi apalah daya Denis saja tak mau berubah. Ia juga yang membuat dirinya seperti itu.
Setelah melakukan hukuman yang diberikan, Denis kembali ke kelas. Keringat bercucuran. Ia menahan rasa lapar. Cacing-cacing di perutnya telah berdemo meminta makanan. Ia sangat tidak konsen belajar karena lapar. Apa yang dikatakan Uztad Furqan sama sekali ia tak mengerti. Yang ada dipikirannya hanyalah makan, makan, dan makan.
Adzan Magrib telah berkumandang. Waktunya sholat magrib. Sehabis sholat yang ada dipikiran Denis hanyalah makanan.
“Yeee waktunya makan” kata Denis kepada temannya
Denis mengantri dengan penuh kesabaran. Maklumlah, di sana banyak sekali santri yang berebut makanan. Kalau telat mengantri bisa-bisa Denis hanya akan mendapatkan kuahnya saja.
Akhirnya Denis mendapatkan makanan juga. Ia duduk di sebelah Andi, temannya yang berasal dari luar Jawa. Mereka mengobrol tentang banyak hal. Setelah makan, para santri menuju asrama masing-masing mereka ingin tidur setelah seharian banyak melakukan aktifitas.Tak terkecuali dengan Denis, Ia telah terlelap dalam tidurnya. Walaupun pasukan nyamuk mengerubunginya. Dingin menerpa lewat dinding asramanya yang terbuat dari bamboo. Ia juga harus berdesak-desakan di asrama itu dengan teman-temannya.Mereka tertidur dengan lelap.
Adzan berkumandang, para santri telah siap untuk melakukan sholat subuh, kalau tidak sholat subuh sudah pasti santri yang tidak melakukan sholat subuh akan dihukum. Di sana ditegakkan kedislipinan yang tinggi.
Setelah sholat subuh, para santri diwajibkan untuk bersih-bersih bersama. Para santri perempuan menyapu halaman dan membersihkan asrama. Tak terkecuali dengan para santri pria. Tetapi Denis malah bermain gitar dan menggoda santri perempuan yang lewat.
Hari itu Denis sedang tidak ada jadwal pelajaran dikelas. Saatnya melakukan kenakalan-kenakalan yang menyenangkan. Dari tadi Denis hanya bermain gitar dan menggoda para santri perempuan yang lewat untuk mengisi kegiatan.Sementara teman-temannya belajar di dalam asrama.  Sebenarnya ia ingin keluar Ponpes dan jalan-jalan tapi ia mengurungkan niatnya.
Denis melakukan semua kenakalan-kenakalan tersebut hanya untuk dikeluarkan dari Ponpes. Ia merasa kehidupan di Ponpes terlalu dikekang. Semua harus benar dan tak boleh salah. Jika salah sedikit pasti akan dihukum. Kedislipinan dijalankan dengan ketat.
Setelah seharian bermain gitar ia jalan-jalan di kompleks Ponpes. Di sana ada pohon besar yang ada di belakang bangunan Ponpes. Denis tertarik untuk rebahan di sana. Lambat laun ia tertidur di bawah rindangnya pohon itu.
“Den kenapa kamu ingin dikeluarkan dari Ponpes ini ?” tanyanya.
“Kehidupanku terlalu dikekang di Ponpes ini. Aku tak kuat untuk itu. Setiap hari aku dihukum oleh uztad-uztad di sini” jawab Denis.
“Kamu dihukum karena kesalahanmu sendiri Den” elaknya.
“Iya” jawabnya.
“Sadarlah Den kamu seharusnya senang bisa mengenyam pendidikan di Ponpes ini !” nasihatnya.
Denis hanya terdiam mendengar kata-kata itu.
“Den kamu tahu ? Orang tuamu di sana menyekolahkan kamu dengan uang. Apa kamu tahu mereka banting tulang mencari uang untuk biaya sekolahmu ?! Mereka miskin Den. Tapi semangat mereka tidak miskin. Mereka optimis, selalu ada jalan untuk menyekolahkan kamu.”
Denis menangis menyesali perbuatannya yang ingin dikeluarkan dari Ponpes ini. Seharusnya ia bisa membanggakan kedua orang tuanya yang bekerja keras membanting tulang untuk menyekolahkannya.
Bayangan wajah orang tuanya muncul mereka menasihati Denis supaya tekun belajar. Mereka mau Denis kelak bisa sukses. Ingin sekali Denis memeluk kedua orang tuanya tapi hampa. Setelah itu ia mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT karena telah membukakan hatinya.
“Deniiiiiis banguuuuuuuuuuun !” kata uztad Jaenal dengan mengguyurkan air seember penuh ke tubuh Denis
“Baaaanjiiiir..baaaaaanjiiiiiir….” kata Denis kaget
Semua santri yang ada di situ tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Denis yang terkaget.
Denis menunduk sangat malu ketika melihat di sekelilingnya. Ternyata tidak banjir.  Dia mencari-cari orang yang telah menyadarkannya akan kesalahan yang ia perbuat tapi tak ada. Ia hanya melihat bayangan orang itu pergi menghilang begitu saja.
“Dari tadi tiduuuuur saja ! Sudah Magrib sholatlah ! Dari tadi kami mencarimu ternyata kamu malah enak-enakkan tidur disini !” kata uztad Jaenal dengan mata melotot melihat kelakuan anak didiknya yang nakalnya tidak ketulungan.
Denis bergegas sholat Magrib. Setelah sholat ia kembali ke asrama. Suasana di dalam asrama sangat ramai. Maklumlah sambil menunggu makan malam mereka berkumpul untuk mengobrol entah apa yang dibicarakan. Denis hanya terdiam di pojok asrama. Ia melamunkan apa yang ia alami tadi.Denis merasa telah didatangi seseorang yang membukakan otaknya dari semua kenakalan-kenakalan yang ia lakukan. Ia sadar, seharusnya ia bangga walaupun ia dari golongan yang kurang mampu, ia masih bisa mengenyam pendidikan.
“Teeeeeeeeeet…” bel makan malam telah berbunyi. Para santri telah mengantri sedemikian panjangnya menyamai rel kereta api. Untunglah Denis cepat-cepat mengantri dia akhirnya kebagian makanan. Dia makan dengan lahapnya.
Setelah itu semua santri membereskannya dan bergegas masuk ke asrama masing-masing. Tak terkecuali Denis di asrama yang sesempit itu dan dihuni oleh delapan orang , Denis menggelar tikar untuk alas tidurnya.
Ia tak bisa tidur, masih teringat hal yang tadi. Serasa diberi pencerahan yang dapat membukakan hatinya. Disaat teman-temannya tertidur, Denis menggambil buku untuk belajar. Ia bertekad walaupun ia nakal ia harus bisa membuktikan bahwa ia bisa dan ia mampu sama seperti santri lain yang pintar dan alim. Ia juga harus membanggakan kedua orang tuanya, Ia ingin cepat-cepat lulus ingin keluar dari kemiskinan yang dideritanya.
Sampai larut malam Denis membaca buku ia melahap habis isi buku itu. Ia belajar dengan tekun. Jam dinding menunjukkan pukul 23.45 Denis sudah terlelap ke dalam mimpinya.
Ia terbangun jam 03.00 ia langsung mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat tahajud. Di Ponpes itu sebelumnya sering sholat Tahajud tapi Denis selalu melewatkannya dengan alasan masih mengantuk.
Setelah melakukan sholat tahajud, Denis berolahraga mengelilingi Ponpes dan senam. Rasanya baru sekali ini ia menghirup udara segar di pagi hari setelah sekian lama selalu bangun terlambat dan dimarahi guru karena tidak melakukan kewajibannya seperti santri lainnya.
Pukul 07.00 semua santri telah masuk kelas dan siap menerima pelajaran. Hari itu dilaksanakan seperti biasanya. Para santri melakukan proses belajar mengajar dengan uztad atau uztadzah. Denis juga belajar menuntut ilmu dengan kawan-kawannya. Ia masih tetap saja nakal tapi ia bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan sopan terhadap guru-gurunya.
Denis pun  selalu melakukan sholat wajib secara tepat waktu. Sholat Dhuha dilaksanakannya. Sholat Tahajud dan sholat yang lainnya. Di akhir sholat ia biasanya membaca doa. Dalam setiap doannya ia meminta keselamatan dunia akhirat untuk kedua orang tuannya.
“Huaaaaaaaaaaaah”katanya sambil menguap
“Tidur gih supaya gak kecapek’an’ jawab Denis
Temannya segera tidur. Maklum sudah pukul 20.00 biasanya para santri sudah tidur tapi ada juga yang tadarus Al Qur’an. Denis memulai kebiasaan barunya belajar ketika teman-temannya tidur. Sebelum itu ia ketinggalan jauh dengan teman-temannya tapi ia bersungguh-sungguh jadi ia mengebut materinya.Setelah belajar ia biasanya tadarus Al Quran. Dalam semalam ia dapat membaca 3-5 juz.
Begitulah yang dilakukan Denis sekarang walaupun masih nakal tapi ia bisa membuktikan bahwa ia mampu, ia bisa menyamai teman-temannya bahkan lebih. Para uztad pun memujinya. Mereka menilai kemajuan yang diperlihatkan Denis begitu cepat. Denis termasuk anak yang cerdas.
“Sebentar lagi ujian kelulusan ya” kata Furqan teman Denis yang berasal dari Banyuwangi
“Ya” jawab Denis singkat
Para santri belajar dengan tekun. Denis semakin tekun belajar karena materi-materi yang diujikan sangatlah sulit hanya murid-murid yang pandai yang dapat lulus.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Hati para santri dag dig dug saat menerima soal ujian. Wajah mereka pucat keringat dingin bercucuran karena tidak bisa. Sehabis ujian tertulis masih ada ujian praktek tentang kitab-kitab dan doa-doa.
Uztad Jaenal mengujikan tentang hafalan Qur’an para santri, hasilnya banyak yang belum hafal tapi Alhamdulillah Denis lancar walau masih ada kesalahan. Sebenarnya Denis belum hafal ia mencoba menghafalkannya dalam waktu 3 hari. Setelah ujian hafalan Qur’an para santri masih harus mengujikan berbagai hal yang ia pelajari diPonpes ini.
Setelah hari ujian berakhir Denis masuk asrama ia menggelar tikar dan bergegas tidur karena kecapaian. Ia tidur dengan pulasnya.
Alarm berbunyi Denis terbangun. Hari ini para santri boleh keluar untuk sekedar jalan-jalan melepas penat setelah ujian kelulusan. Para santri senang mereka berbondong-bondong jalan-jalan keluar Ponpes. Tetapi pihak Ponpes melarang mereka pergi jauh-jauh dan harus pulang sebelum adzan magri berkumandang.
Adzan magrib berkumandang. Para santri sudah kembali ke Ponpes.Mereka melakukan sholat berjamaah.
 Besok adalah mengumuman kelulusan. Hati para santri berdebar-debar mereka tak sabar ingin cepat-cepat lulus dari Ponpes ini.
Para santri tidur dengan tidak nyenyak mereka tak sabar ingin sekali mengetahui apa mereka lulus atau tidak. Sebelum tidur Denis berdoa supaya besok ia mendapatkan hasil yang terbaik dari semua kerja kerasnya selama ini.
Matahari telah menampakkan sinarnya. Setelah sholat semua berkumpul di aula dan membersihkan aula karena akan digunakan untukpengumuman kelulusan. Acara bersih-bersih aula sudah selesai saatnya para santri mandi dan bersiap-siap menerima surat kelulusan.
Pukul 07.00 semua santri telah berkumpul dengan orang tua mereka masing-masing. Orang tua diundang untuk hadir karena mereka harus mendampingi anaknya menerima surat kelulusan yang harus ditanda tangani oleh orang tua.
Acara berlangsung dengan tegang. Mulai dari pembukaan, sambutan murid-murid sudah tidak sabar. Dan akhirnya acara yang dinanti-nanti yaitu pembagian surat kelulusan. Kata Uztad Jaenal dari 90 santri yang ada hanya 60 orang yang lulus ujian kemarin. Hati Denis bagaikan hancur berkeping-keping bagaimana tidak ia sadar bahwa ia nakal dan sikapnya tidak begitu bagus saat ujian pun ia merasa masih banyak salah. Tapi ia mencoba optimis kalau ia akan lulus.
Orang tua Denis membuka surat kelulusan dan disana mereka menyatakan bahwa Denis  “LULUS” ujian. Betapa senangnya ia. Ia termasuk dari 60 anak yang lulus dengan hasil yang cukup memuaskan. Ia menduduki peringkat 3. Orang tuanya pun bangga sekali kepada anaknya padahal mereka tak tau dulu Denis begitu nakalnya tetapi sekarang ia dapat lulus dengan nilai yang memuaskan. Anak-anak yang tidak lulus harus mengulang lagi agar mereka lulus.

Share This :
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
avatar

santri memang harus disiplin sob :D

19 September 2017 pukul 21.05
avatar

Iyalah biar selamat dunia akhirat😂

19 September 2017 pukul 21.09